Kamis, 19 Mei 2016

Fungsi Kemiskinan



Fungsi Kemiskinan

Robert K Merton, berpendapat bila suatu gejala mampu bereksistensi dan bertahan terus, tentu gejala itu memiliki fungsi yang positif. Kemiskinan merupakan gejala sosial yang mampu bertahan, dan tidak kunjung mengisyaratkan bahwa tanda-tanda tersebut akan lenyap.
Merton, mendefiniskan fungsi sebagai semua akibat yang dapat diobservasi (dari suatu gejala) yang menuju pada tercapainya adaptasi atau penyesuaian suatu sistem sosial tertentu.
Menurut Herbert Gans, mendefinisikan arti fungsi dalam kaitannya dengan kelompok kepentingan, kelas sosial ekonomi dan populasi lain yang berkesamaan nilai yang terdapat dalam sistem sosial.
Mengasosiasikan kemiskinan dengan fungsinya yang positif, sepintas lalu tampaknya mustahil. Tentu saja umum mengetahui bahwa lintah-lintah darat itu selalu memperoleh keuntungan dengan adanya kemiskinan. Tetapi lintah darat itu selalu dipandang masyarakat sebagai makhluk yang jahat, karena itu tingkah lakunya selalu digolongkan sebagai disfungsi kemiskinan.

Sekalipun jarang sekali diakui—setidaknya oleh pendapat umum—kemiskinan itu tak pelak juga fungsional dalam arti bahwa ia memungkinkan adanya berbagai profesi dan okupasi, berikut perluasannya. Seperti : kriminologi, pekerja sosial, dan kesehatan masyarakat. Bahkan saat ini kemiskinan juga membukakan lapangan kerja baru bagi profesi-profesi “pemeran kemiskinan”. Kemiskinan telah mensuplai cukup banyak informasi kepada para wartawan dan ilmuwan sosial, sehingga mereka tak pernah kekurangan bahan untuk menggugah perhatian umum pada kemiskinan. Jelaslah bahwa kemiskinan dan kaum miskin bisa memenuhi sejumlah fungsi positif bagi sekian banyak orang yang tidak miskin. Herbert Gans mengemukakan 13 fungsi kemiskinan baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik.
Fungsi-fungsi Kemiskinan
1.    Memberikan jaminan bahwa pekerjaan kotor dalam masyarakat selalu ada yang menyelesaikan.
2.    Orang miskin bisa melakukan pekerjaan dengan upah yang rendah.
3.    Kemiskinan telah menciptakan lapangan kerja untuk sejumlah okupasi dan profesi yang bertugas “melayani “ si miskin atau melindungi masyarakat dari ulah si miskin.
4.    Orang miskin adalah pembeli barang-barang yang tak laku lagi dijual ke orang-orang yang berada sehingga dengan demikian memperpanjang kegunaan ekonomis barang-barang itu.
5.    Mereka yang miskin dapat dengan mudah diidentifikasi dan dihukum sebagai pelanggar-pelanggar—baik benar-benar sebagai pelanggar maupun yang sekedar dicurigai sebagai pelanggar—yang demikian lalu memudahkan usaha mendemontrasikan ke tengah khalayak bahwa kaidah hukum dan kaidahkonvensional memang perlu dan telah ditegakkan.
6.    Orang miskin menyajikan alasan—juga membuka kesempatan—kepada golongan lain untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang bebas—tanpa kekangan—di bidang seksual, konsumsi narkotika, dan mabuk-mabukan. Orang miskin sering disangka mudah dan suka mengerjakan perbuatan-perbuatan semacam itu.
7.    Orang miskin juga menyelenggarakan fungsi kultural yang langsung, yaitu dalam hal budaya yang mereka ciptakan diambil dan dilakukan juga oleh golongan kaya. Orang kaya seringkali mengkoleksi benda-benda kerajinan orang miskin. Misal : di AS banyak orang kaya yang suka dengan lagu-lagu blues, lagu rohani orang negro.
8.    Kemiskinan menjamin secara pasti kelangsungan status mereka yang tidak miskin. Orang miskin menjadi tolok ukur yang layak dipercaya untuk membandingkan status sosial warga setempat.
9.    Membantu mobilitas ke atas kelompok sosial yang berada tepat di jenjang atasnya. Misal; di Amerika banyak orang yang berhasil naik ke kategori kelas menengah karena dibiayai keuntungan yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa kepada kaum miskin, termasuk barang dan jasa yang sesungguhnya dilarang oleh hukum.
10.     Membantu kaum aristokrat dengan cara memberikan kesibukan kepadanya. Aristokrat masyarakat menggunakan kelompok kaum miskin sebagai sasaran perbuatan amalnya. Sehingga bisa menunjukkan statusnya.
11.     Si miskin selalu dijadikan “korban” untuk menahan beban akibat perubahan dan perkembangan sosial. Misal di AS, orang miskin harus membanting tulang membangun kota, sedangkan kini orang miskin harus disingkirkan dari kota.
12.     Kaum miskin memungkinkan dan menstabilkan proses politik. Misal orang miskin turut ambil bagian dalam pemilu dan kegiatan politik lain dalam jumlah yang lebih sedikit jumlah kesertaannya dari golongan lain. Sehingga suara orang miskin bisa diabaikan.
13.     Peranan golongan miskin dalam proses penegakan kaidah-kaidah konvensional(seperti butir 5) ternyata juga mengandung fungsi politik penting. Pada sistem ekonomi yang mendasarkan pada ideologi kebebasan pasar memerlukan adanya populasi melarat yang dapat diprasangkakan telah melarat karena malas bekerja bukan akibat jeleknya sistem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar